Penggunaan huruf kapital pada dasarnya dipakai menuliskan awal tulisan di setiap kalimat. Artinya, setelah ada tanda titik yang menunjukkan kalimat tersebut berhenti, maka kata selanjutnya diharuskan memiliki abjad besar.
Simbol kapital juga disebut simbol besar. Artinya, kata tertentu diharuskan ada sebuah abjad berbeda demi memenuhi peraturan. Contohnya, salah satu kata yang mengharuskan adanya abjad berbeda adalah nama.
Bahasa dunia memakai aksara latin pada dasarnya memiliki peraturan hampir sama dalam penggunaan peraturan ini. Namun, ada beberapa kata yang dimanapun letaknya diharuskan ditulis secara berbeda.
Salah satu contohnya adalah kata “I” dalam Bahasa Inggris. Dimanapun letaknya, karakter wajib ditulis memakai abjad berbeda. Lalu, bagaimana cara menggunakan simbol kapital dan manfaatnya pada peraturan kepenulisan?
Aturan Dalam Penggunaan Karakter Kapital
Pengertian huruf kapital pada dasarnya merupakan abjad yang memiliki bentuk tertentu. Pengertian lain mendefinisikan bahwa bentuk abjad yang lebih besar jika dibandingkan dengan simbol lainnya.
Setiap negara memiliki peraturan masing-masing saat penggunaan abjad berbeda. Faktanya, meskipun ada perbedaan namun sebagian besar memiliki aturan hampir sama. Hanya ada beberapa kata saja yang memiliki aturan berbeda.
Contohnya, pada Bahasa Inggris ada kata yang diharuskan memakai abjad berbeda. Penerapannya karena kata “I” berdiri sendiri dengan bentuk satu karakter dan menunjukkan kata ganti orang pertama.
Pada aturan lainnya, penggunaannya cukup unik karena memiliki aturan tersendiri. Di Bahasa Indonesia, penggunaan aturan gramatika telah diatur. Setidaknya, ada 11 aturan bagaimana cara menggunakan kaidah spesifik.
Pada kaidah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), ada beberapa hal penting perlu diperhatikan pada menggunakan karakter balok. Ada 11 kaidah utama terhadap pemakaian aturan tersebut.
- Penggunaan Huruf Kapital Sebagai Awal Kata di Awal Kalimat
Kaidah pertama adalah abjad awalan tulisan pada setiap kalimat baru. Aturan gramatika mewajibkan setiap kalimat baru diharuskan menggunakan simbol balok. Tidak terkecuali dengan abjad konsonan sekalipun.
Faktanya, pemahamannya telah diajarkan sejak kecil sebagaimana salah satu pengetahuan dasar. Menariknya, aturannya kemudian melekat secara alami lewat alam bawah sadar akan mengikutinya saat menuliskan sesuatu.
Contohnya:
Saat pagi hari terjadi hujan lebat.
Ibu tidak pergi ke pasar karena sedang sakit.
Dia mengerjakan hal sia-sia.
- Sebagai Awalan Petikan Langsung
Di pemakaian petikan langsung, kaidah ini dapat berlaku. Awalan abjad diharuskan balok karena demi penekanan dalam konteks spesifik. Hal itu berkaitan dengan maksud dari kalimat dalam pesan sebelumnya.
Baca juga: contoh kalimat persuasif
Dalam beberapa kasus, pemakaian petikan langsung sangat penting. Penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan penulis. Jadi, penulisannya diharuskan mengikuti aturan yang telah ada, yaitu menggunakan gramatika balok.
Contoh:
Dia berkata, “Kapan kita harus pergi ke sekolah?”
“Besok pagi,” ucap Ayah, “kakek akan pulang”
- Penggunaan Huruf Kapital dalam Konteks Tuhan dan Kitab Suci, Termasuk Kata Ganti untuk Tuhan
Dalam konteks kaitannya dengan agama, termasuk ketuhanan dan kitab suci, maka penting menggunakan gramatika balok. Pemakaian gramatika balok terhadap konteks ini demi penghormatan.
Bahkan, dalam beberapa tulisan dalam konteks keagamaan wajib memakai gramatika balok. Beberapa istilah memang bisa tidak menggunakan huruf besar. Namun, sebagai gantinya perlu ditulis secara miring.
Contohnya:
Yang Maha Esa
Al-Qur’an dan Injil
Tuhan pasti memberikan maaf kepada setiap hamba-Nya
- Penggunaan Huruf Kapital Sebagai Gelar Jabatan
Jabatan merupakan status khusus yang dimiliki oleh seseorang. Jabatan didapatkan setelah melalui beberapa tahapan yang telah ditentukan. Oleh sebab itu, pemakaian gelar jabatan juga harus mengikuti kaidah ini.
Perlu diketahui bahwa gelar jabatan bisa didapatkan melalui kesepakatan atau penunjukkan. Terlepas dari itu semua, penyebutan gelar harus menggunakan awalan gramatika balok. Ini juga demi menunjukkan status miliknya.
Contohnya:
Presiden Joko Widodo
Gubernur DKI Jakarta
Menteri Keuangan
- Penggunaan Huruf Kapital Sebagai Gelar Kehormatan
Penyebutan gelar juga harus menggunakan gramatika berbeda. Di sisi lain, ada banyak gelar diberikan kepada setiap orang. Hal itu berkaitan dengan kehormatan atau jabatan tertentu.
Gelar kehormatan maupun keturunan adalah beberapa contoh saja. Selain itu, masih ada gelar keagamaan hingga gelar bangsawan. Semuanya harus menggunakan karakter balok terhadap awalan tulisan.
Contoh:
Sultan Hasanuddin
Nabi Muhammad
Haji Sulaiman
- Penggunaan Huruf Kapital Sebagai Penyebutan Orang
Penyebutan seseorang harus menggunakan abjad besar demi penekanan terhadap orang. Di sisi lain, hal itu juga dipakai untuk memberikan keterangan bahwa tulisan itu merupakan penyebutan seseorang.
Baca juga: Jasa buat artikel di jogja
Selain itu, pemakaian alfabet besar juga dipakai untuk menyatakan sebuah satuan. Penyebutan jenis atau ukuran suatu hal bisa menggunakan kaidah ini jika sebelumnya telah disepakati.
Contoh:
Abdul Haris Nasution
Anisa Subandono
5 Ampere
- Sebagai Awalan Menyebutkan Suku, Bangsa, Bahasa
Pemakaian karakter besar juga diwajibkan dalam menyebutkan suku, etnis, bangsa, negara, hingga bahasa. Kaidah tersebut dipakai karena penyebutan tersebut memiliki status sebagai sebuah entitas tertentu.
Selain itu, penyebutan dari sebuah komunitas budaya memiliki arti lain. Salah satunya adalah untuk memberikan penekanan terhadap tulisan tersebut. Dengan begitu, orang lain mampu memahami maksud dari tulisan tersebut.
Contohnya:
Jawa Barat didominasi oleh suku Sunda
- Sebagai Awalan Penyebutan Hari, Bulan, Penyebutan Peristiwa, dan Hari Penting
Penyebutan hari dan bulan wajib memakai alfabet berbeda karena telah menjadi kesepakatan internasional. Hal itu menunjukkan periode waktu khusus, terutama untuk memberikan keterangan secara spesifik.
Selain itu, untuk nama sebuah peristiwa dan hari tertentu juga mengikuti peraturan ini. Perlu diketahui bahwa penggunaannya dipakai untuk menunjukkan momen tertentu pada suatu waktu.
Contoh:
Perang Dunia
Idul Fitri
Hari Natal
- Sebagai Awalan Nama Kawasan
Kawasan geografis juga harus memakai alfabet berawalan balok. Kaidah ini telah disepakati oleh dunia internasional untuk memberikan penekanan pada wilayah tersebut. Jadi, tulisan atau istilah tersebut bisa dipahami.
Baca juga: Tips menulis huruf hijaiyah
Perlu diperhatikan, nama Kawasan geografis bukan hanya tentang wilayah luas. Namun, nama sebuah tempat juga harus ditulis memakai alfabet besar, termasuk nama jalan, regional, dan sebagainya.
Contohnya:
Asia Tenggara
Lembah Dieng
Gunung Merapi
- Sebagai Awalan untuk Segala Unsur Kenegaraan
Unsur kenegaraan juga harus ditulis memakai alfabet besar. Hal tersebut bisa merujuk pada sebuah institusi, nama dokumen, hingga nama jabatan. Hal tersebut karena unsur-unsur tersebut memiliki status khusus.
Di sisi lain, biasanya unsur kenegaraan ini juga disingkat untuk memudahkan penyebutan. Singkatan harus memakai alfabet besar dan biasanya merupakan awalan dari setiap tulisan unsur kenegaraan.
Contohnya:
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
- Sebagai Awalan untuk Buku dan Majalah Cetak Sejenis
Nama buku, majalah, atau sejenisnya harus dimulai dengan awalan alfabet besar kecuali tulisan sambung. Namun, jika tulisan sambung berada di depan, maka kaidah karakter berbeda akan berlaku.
Contohnya:
Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini
Baca Buku Ini Jika Engkau Ingin Berubah
Sebenarnya, kaidah atau peraturan pemakaian huruf balok masih banyak. Peraturan tersebut dibuat dengan tujuan memperbaiki struktur bahasa dalam kalimat terutama dalam pembuatan artikel. Oleh sebab itulah penggunaan huruf kapital sangat penting.